We are "The Fighter" family

We are "The Fighter" family
Alamat kami : Jl. Pahlawan Revolusi, Komplek Aggaran No. 12, Pondok Bambu, Jakarta Timur. Tlp rumah : 021 - 86603637

7.6.09

Tour de Europe, Napoleon's batik war

Hari pertempuran telah tiba. Meja saya sudah berubah, setelah saya melakukan konsorsium dengan Bu Indah, pengusaha manik2 dari Bogor. Tempat kami tidak lagi tampak seperti teman2 yang lainnya yang menggelar dagangannya di meja, tapi berubah seperti layaknya etalase2 di Herod's London - Ada yang sudah pernah ke London ? Saya belum pernah, dan Herod's itu apa saya juga ndak tau - Di hari pertama acara Festival Indonesia ini saya melihat aura teman2 dahsyat sekali, wajahnya memancar bersinar2, pandangan matanya berbinar2, spirit jiwanya berpijar, layaknya semangat prajurit Napoleon Bonaparte yang berbaris gagah melintasi Arc de Triomph.

Setelah gong pembukaan acara ditabuh pengunjung segera beredar. Dagangan sayapun pecah telur. Orang pertama yang memecahkan telur saya adalah Ibu Kartini, WNI yang sudah lama tinggal di Paris. Selanjutnya berturut2 adalah Ibu2 dari KBRI yang sudah lama kangen sama produk2 asli dari Indonesia, dan setelah lama menunggu datanglah bule2 target pembeli yang saya idam2kan selama ini, kenapa?, mereka beli gak pakai nawar, pokoknya cocok dihati langsung dibayar. Kalau ibu2 kita, cocok dihati, tawar sekeras mungkin, kalau penjualnya sudah kleper2 nyerah baru bayar. Didampingi oleh Bu Ester, staf KBRI yang bertugas menjadi translater untuk ke bahasa Perancis, saya lincah menawarkan dagangan...kurang lebih seperti ini situasinya :

Saya : dicoba...dicoba...
Bu Ester menyahut : essayer...essayer...
Saya : boleh murah murah lho
Bu Ester menyahut lagi : être bon marché bon marché lho
Saya : diskon diskon
Bu Ester melirik saya : solde solde...(sambil siap2 mau milih barang2 saya)

Persis di depan tempat kami menggelar dagangan, ada sebuah panggung pertunjukan tempat untuk mempromosikan budaya dan pariwisata Indonesia. Bermacam2 pertunjukan di pentaskan disini. Mulai dari tari bali, tari aceh, tari jaipong, pencak silat, peragaan busana Batik dan lain sebagainya. Panggung inilah yang menjadi magnet bagi pengunjung yang memang penasaran ingin menyaksikan berbagai macam pertunjukan dari Indonesia. Saking membludaknya pengunjung di ruangan budaya KBRI ini sampai2 rak display milik teman kami rubuh terdesak oleh penonton. Sayangnya waktu pementasan padat sekali, sehingga penonton tidak sempat meng-explore dan bertransaksi dengan kami yang persis berada diseputaran panggung karena mereka sibuk menyaksikan pertunjukan.

My another activity di hari itu :
- Pagi2 keluar dari wisma, nyobain nyewa sepeda yang diparkir dipinggir jalan, ternyata asyik juga menyusuri jalan2 diseputaran Wisma Indonesia bersama Mas Andi. Terus ketemu warung croissant beli roti untuk sarapan pagi. Cara nyewa sepeda : Disamping parkirannya ada semacam mesin ATM untuk terminalnya, masukkan kartu kredit deposit 150 Euro, kemudian bayar sewa sepedanya 1 euro / hari, atau bisa juga berlangganan, kalau saya pilih sewa yang harian. Setelah sepeda kembali ketempatnya semula, uang deposit langsung refund.

- Selesai pameran, dalam perjalanan pulang mampir dulu di Trocadero, teman2 foto2 berlatar belakangkan Eiffel, tapi karena kepala saya pusing berat dari pagi sampe sore terkena gemuruhnya pertunjukan, walhasil saya tergeletak tepar dimobil saja tidak ikut turun, dan sampai wisma langsung tidur.


Meja saya setelah berkolaborasi dengan meja milik Bu Indah
(Bu Ester : Berbaju putih panjang)


Sambil menunggu mangsa, main2 ke meja sahabat
saya Pak Try Atmojo, saya dan beliau sama2 jual handycraft


Para pengunjung lagi digoyang jaipongan


Ngonthel nyari sarapan croissant

to be continue

5.6.09

Tour de Europe, Dinner with The Taipan

Setelah semua persiapan dari panitia selesai, kamipun bisa leluasa menata semua barang yang nanti akan kami jual. Dibanding tahun lalu, peserta Festival Indonesia 2009 nampaknya lebih banyak. Ini terlihat dari susunan meja yang lebih banyak dan dimanfaatkannya ruang2 yang dulu tidak terpakai sekarang terisi penuh. Meskipun terlihat semarak, tetapi menurut saya sebenarnya ini adalah tantangan bagi pihak panitia, untuk menyajikan sebuah pameran produk2 UKM Indonesia yang meskipun penuh tapi tetap terkesan elegan dan rapi, tidak umpeg2an seperti layaknya pasar kaget didepan masjid sehabis pulang sholat Jumat. Tetapi kalau menurut pengamatan saya, pengaturan layout tempatnya sudah cukup lumayan, masih terlihat rapi, meskipun ada beberapa barang teman2 yang terlihat sumpeg, tapi itu masih wajar, karena bagaimana lagi wong tempat di KBRI juga terbatas.

Ada yang menarik di KBRI Paris ini, ketika kami sibuk menata barang2 kami melihat Bapak2 panitia juga sibuk angkat2 meja, gelar karpet, masang lakban dilantai, manjat2 kursi masang umbul2, bantuin kami para peserta angkat2 kardus dari atas ke bawah, siapakah mereka? Mereka adalah para Bapak2 pejabat di KBRI, yang terdiri dari para atase2, Konsuler, Diplomat bahkan termasuk Bapak wakil dubes ikut berjibaku mengerjakan kerjaan para tukang bersama2. Benar2 sebuah semangat yang harus diberi apresiasi yang tinggi, mengingat pejabat2 sekarang maunya dilayani, tapi jarang yang mau melayani, padahal TUPOKSI mereka harusnya melayani rakyat, bangsa dan negara ini. Mengingat juga nampaknya KBRI tidak menyewa EO, jadilah para Bapak2 itu kerja bakti banting tulang.

Setelah semua peserta selesai menata barang dagangannya masing2, kami semua diundang makan malam bersama dengan semua jajaran staf KBRI Paris dan tamu kehormatan Bapak2 pejabat BKPM dari Jakarta. Ini dia yang ditunggu2...N A S I...dengan semua lauk pauknya. Ketika dipersilahkan kayak2nya nih temen2 peserta pameran udah nyari tempat duduk yang deket makanan, apalagi dari baunya ada makanan favourite yaitu "Tongseng Kambing" waduh biyuh biyuh...ntar makan kambing dinegeri orang, sorangan saja seng ada "lawan" bigimana nih ??? Mengingat kita masing2 sekamar berdua lontong semua, wadooouuhhhh tuluuuunng...
Peribahasa posisi menentukan prestasi nampaknya tepat juga, melihat teman2 peserta yang duduk deket meja makan nampak sibuk hilir mudik silih berganti mengerumuni tongseng kambing laksana burung kolibri sedang menghisap putiksari bunga2 ditaman surgawi, dan salah satu kolibri yang mengecap2 keenakan itu bernama...Hantiar
Paginya mungkin karena kebanyakan makan kambing, waktu bangun tidur betis kaki saya kram, aduuuh sakitnya minta ampuun...

Nah ada satu hal lagi yang saya cermati dalam jamuan makan malam dari KBRI Paris ini, yaitu tidak keluarnya minuman Anggur atau Wine, untuk minuman cuma ada jus, cocacola, air putih, teh dan kopi. Ini yang mantab, tahun lalu jamuan makan malamnya disuguhi Wine, minuman yang mungkin lazim di Perancis tapi bagi kami umat Muslim, minuman tersebut akan mengurangi keberkahan karena termasuk dalam golongan minuman khamar. Tahun lalu pengalaman disuguhin Wine ini saya tulis dalam blog dan saya cantumkan kalimat : - Semoga Bapak Ibu di KBRI bisa mengurangi atau bahkan menghapus konsumsi makanan atau minuman yang dilarang oleh agama, sehingga keberkahan bisa menyelimuti perwakilan bangsa kita di negeri orang -
baca link : http://hantiar.blogspot.com/2008/06/road-to-paris-bon-voyage.html
Alhamdulillah tahun ini Wine tidak keluar - Semoga keberkahan yang sudah ada selalu dijaga dan ditambah oleh ALLAH SWT, amiiin -

Dalam jamuan makan malam ini juga hadir Bapak2 pejabat BKPM dari Jakarta, salah satunya yang ikut adalah Bp. Wakil Kepala BKPM. Satu persatu Bapak Ibu dari BKPM ini memperkenalkan dirinya dan ternyata besar juga rombongan mereka. Sayang ketika memberikan kata sambutannya rombongan dari BKPM tidak memberitahukan agenda dan
tujuan mereka selama di Paris. Ah, mau tau aja lu...makanya kalau lagi sambutan kupingnya dipasang, jangan hidung melulu kembang kempis nyium tongseng nelan air liur, dasar kaki lima...

Dari data yang didapat oleh KBRI Paris, Perancis ternyata kuartal pertama tahun 2009 ini pertumbuhan ekonominya minus 3 %. Walaaah, mending Indonesia kemana2 dong, wong kuartal pertama tahun 2009 ini saja pertumbuhan ekonominya naik 5,5 %...itu kata SBY. Tapi memang kalau saya amat2i, kondisi ekonomi Indonesia lebih baik saat ini. Di Perancis antara orang miskin dan kaya hampir sulit dibedakan, karena gaya mereka rata2 hampir sama. Kalau di Indonesia mudah membedakannya, asal ketemu orang pakai jas, berdasi dan klimis pasti orang kaya, meskipun didahinya keringat mengucur deras tapi demi status jas tetap harus dipakai meski kepanasan - kok barometernya jas sih, gak mutu, yang lain dong - Oke brur, di Indonesia anak2 SMP udah pada pegang blekberi masing2, di Perancis kayaknya kok gak ada tuh. Dan yang pasti bagi orang Indonesia makan roti itu ngemil sedang diparis orang2nya pada gak kuat beli nasi, kuatnya beli camilan yaitu roti itu, naaah inilah indikator turunnya perekonomian di Perancis, bahwa penduduknya sudah tidak ada yang kuat beli beras...uhhuuiiii...


Wadoouw pinggangku rasanya mau putus, ini
lemari gak ada yang kecilan lagi apa ?
Pak Bramantya Dewabrata - Konsuler


Sisa2 pembantaian, dan wajah2 para "pembantai"
menyeringai kenyang


Foto bersama dengan seluruh jajaran KBRI Paris
dan rombongan pejabat2 BKPM dari Jakarta


Meskipun pucet dan menggigil kedinginan di pagi hari
di depan Wisma tapi tetep harus gaya di Foto


to be continue...

4.6.09

Tour de Europe, Life to trading

Bersama dengan ke 9 sahabat2 saya, mereka adalah :

1. Try Atmojo
2. Andi Sufariyanto (Surabaya)
3. Rizka Mellina (Jogjakarta)
4. Galuh
5. Ramdlan
6. Hakiki Sirait
7. Bimaya Kridanto (Sukabumi)
8. Agustav Alvi
9. Ibu Sri (istri Agustav)

Kami berangkat menuju Bandara Changi, Singapore dengan menggunakan maskapai penerbangan dari Jerman, yaitu Lufthansa untuk kemudian berganti maskapai Emirates yang langsung menuju Dubai, Pos transit kedua sebelum terbang ke Bandara tujuan utama kami yaitu Bandara Charles de Gaule, Paris.

Ada apa di Paris ?

KBRI Paris, tahun ini mengadakan acara Festival Indonesia untuk yang kedua kalinya yang diselenggarakan pada tanggal 16 - 17 Mei 2009. Beberapa bulan sebelumnya, melalui Deplu KBRI Paris mengundang pengusaha2 UKM Indonesia untuk dijelaskan tentang teknis dan pelaksanaan Festival Indonesia ke-2 serta diundang untuk ikut berpartisipasi di acara tersebut. Saya termasuk salah satu yang diundang karena kebetulan tahun lalu, saya termasuk salah satu peserta Festival Indonesia yang I, dan kali ini saya mengajak sahabat2 saya di Komunitas TDA untuk datang menghadiri undangan paparan Festival Indonesia ke-2 dari KBRI Paris tersebut. Banyak yang saya ajak, tetapi hanya ke-9 sahabat saya yang diatas itulah yang akhirnya berangkat berpartisipasi pameran di Paris. Setiba di Bandara Charles de Gaule Paris, kami bertemu dengan beberapa UKM Indonesia yang kebetulan juga menjadi peserta acara di KBRI. Padahal kami berangkat dengan pesawat yang sama dari Indonesia, transit di bandara yang sama tapi baru ngobrol dan ketawa2 setelah sama2 tiba di Bandara Paris, dasar !. Di bandara, kami sudah ditunggu oleh beberapa staf KBRI yang bertugas menjemput kami rombongan para peserta pameran dari Indonesia. Sesuai dengan janji KBRI yang memberikan fasilitas penginapan gratis kami langsung dibagi ke beberapa mobil yang membawa kami ketempat penginapan masing2. Saya, Pak Andi, Pak Hakiki dan Pak Bimaya kebagian tempat menginap di Wisma Indonesia, Mbak Riska dan Mbak Galuh menginap di rumah Pak Stefanus, salah satu staf KBRI, Pak Agustav dan istri menginap dirumah Pak Bram, serta Pak Try dan Pak Ramdlan berhasil mendapat tempat paling "premium" yang dilengkapi pemanas didalam, tetapi kamar mandi diluar berbeda gedung heheheh....

Setelah menaruh koper dimasing2 tempat nginapnya, kami semua diantar ke KBRI untuk melihat "medan pertempuran" dan sedikit nyicil untuk bongkar2 barang menata pos tempat kami nglapak menggelar dagangan. Tidak banyak yang bisa kami lakukan melihat badan masih gempor setelah 24 jam perjalanan Jakarta - Paris, disamping juga panitia masih dalam tahapan finishing untuk menata semua tempat menjadi ajang pameran.

Hari pertama di Paris ada sesuatu hal yang saya dan teman2 harus siapkan, yaitu kami akan jarang ketemu nasi...apalagi sayur lodeh, ayam pop, krupuk rambak, telur ceplok sama kecap, sambel bawang...ouuuhhh forget it baibeh, tunggu 11 hari lagi...dasar lidah kampuuung !!!

Daftar bawaan logistik teman2 yang ternyata tidak termakan sampai hari terakhir :
- Abon sapi, bandeng presto, beras, sarden

Logistik paling berjasa menyambung hidup selama disana :
- Popmie, peyek (waktu dibuka dari koper ternyata sudah lembut tergencet2 dibagasi), saus sambel, milo, energen cereal dan kopi sachet


Transit di Dubai, dari Ki-ka : Pak Ramdlan, saya,
Pak Try, Andi Sufariyanto


Wisma Indonesia tempat saya menginap
di Paris


Bongkar2 siap "perang"

to be continue...

Catatan Penaklukkan Dunia

Ini adalah tulisan pertama saya setelah saya berhenti menulis
di blog, terakhir tanggal 15 Desember 2008. Beberapa saat
setelah saya terakhir menulis tersebut, tiba2 saja terlintas
sebuah ide, bahwa blog ini akan saya isi dengan perjalanan
saya dalam upaya menaklukkan dunia, keliling ke berbagai
pelosok negeri untuk melebarkan jaringan usaha, menambah
relasi, menambah wawasan, aktualisasi diri, dan mengunjungi
negeri2 asing yang itu semua adalah perwujudan dari dream
saya semenjak kecil ketika masih berwujud anak ndeso di
sebuah daerah terpencil dipelosok Jawa Timur. Meskipun untuk itu
blog ini akan lama updatenya karena saya tidak setiap hari berkeliling
ke negara lain. Tapi saya harap blog ini bisa menjadi milestone catatan
perjalanan saya mewujudkan dream sejak kecil : Menaklukkan Dunia.

Perjalanan saya keluar negeri berawal sejak tahun 2004, dan
secara rutin setiap tahunnya (tanpa saya sadari) ternyata saya
berturut-turut berhasil keluar negeri (alhamdulillah). Meskipun hanya
seputaran Singapore dan Malaysia, semua perjalanan saya
adalah perjalanan Business Trip dan tidak ada satupun yang
dalam rangka wisata. Mulai dari beli barang, kesepakatan
kerjasama, menjadi EO studi banding dan seminar, temu bisnis
dan pameran. Semua perjalanan itu ada beberapa yang saya
tulis di Blog dan ada beberapa yang tidak, karena memang
pada saat saya keluar negeri pada saat itu blog ini belum ada.

Di bulan Mei 2008 adalah perjalanan keluar negeri terjauh dan
termeriah, karena saya jalan bersama istri dan anak tercinta
dalam rangka berpartisipasi pameran di acara Festival
Indonesia di KBRI Paris, Perancis. Tahun ini saya kembali
mengunjungi daratan Eropa, dan meskipun tanpa istri dan
anak saya berhasil mengajak sahabat2 terdekat dan terbaik
untuk jalan bersama. Hal lain yang saya anggap istimewa
dalam perjalanan kali ini adalah saya berhasil mengunjungi,
mengamati, dan bahkan berdagang di sebuah negara yang
berhasil menjadi penentu takdir perjalanan hidup 250 juta
jiwa rakyat Indonesia, yang kisah sepak terjangnya
melahirkan Tengku Umar, Pangeran Diponegoro, Sultan
Agung dll, serta sebuah negara yang sudah semenjak saya
SD selalu diajarkan oleh guru2 sejarah sebagai negara
penjajah, mau tahu apa negara itu...Belanda...

to be continue...

15.12.08

Ada apa dengan Malaysia ?

Gak ada apa2 dengan Malaysia. Biasa saja seperti halnya bangsa Melayu yang lainnya. Tapi demi menggenjot perekonomian dalam negeri dan memajukan UKM-nya, pemerintah Malaysia mengundang 800 pengusaha dari 46 negara diseluruh dunia. Perusahaan kami termasuk dalam 800 pengusaha yang diundang Malaysia tersebut. Semuanya tamu yang datang digelarin karpet merah, disediakan Hotel bintang 5 untuk menginap, disediakan Bus Executive dengan kawalan voojrider Polisi Diraja Malaysia untuk local transportnya. Jadi yang berbeda dari Malaysia adalah visinya, visi untuk go global meen...dan mendapatkan perikehidupan yang lebih baik serta layak untuk rakyatnya dengan fokus berusaha dan berkarya. Simpel sih, tapi kalau pemerintah kita kayaknya lebih sibuk memikirkan diri sendiri deh...bukannya apriori, tapi itu yang saya rasakan. But, sebagai warganegara yang berusaha untuk konkret melalui lembaga2 independent yang saya gerakkan semoga bisa membantu pemerintah untuk lebih berdaya guna


Para pecinta kuliner


Trio Macan


Meeting dengan The Utmost Apparel SDN BHD,
she offer konkret patnership lho


Dua Ibu2 ini nawarin saya batik Malaysia, setelah saya
tunjukin Batik Indonesia mereka bilang,
"Oh, we cannot compete with your Batik"


Bersama Fadil, pengusaha sepatu dari Mauritius


Bersama Hamza, pengusaha kertas dari United Kingdom


16.7.08

Batik VS Jas, Belajar dari Pak Nukman Lutfie

Jas identik dengan :
1. Profesionalisme
2. Bonafiditas
3. Macho
4. Kemapanan
5. Boss

Tapi untuk seorang pakar internet marketing seperti Pak Nukman Lutfie yang akan menjadi pembicara dalam seminar tentang Internet Marketing yang notabene identik dengan kemapanan, bonafiditas dan profesionalisme (ciri khas pembicara2 Indonesia), tetap pilihan jatuh pada Batik Indonesia.

Meskipun staffnya menyarankan untuk memakai jas, supaya kesan bonafiditasnya sebagai seorang pembicara profesional muncul, komitmen Pak Nukman untuk berbatik ria tetap menggelora. Mungkin ini satu gebrakan baru. Mungkin ini perlu ditiru. Mungkin ini profesionalisme yang berbungkus kebanggaan akan budaya bangsa. Mungkin juga inilah contoh komitmen seorang pakar Internet Marketing untuk membuktikan bahwa Batik adalah profesionalisme, bonafiditas, adiluhung, citra, selera dan juga karya.

Penasaran lihat pakar internet marketing kita ini berbatik ria ?

Ikuti seminarnya, resapi ajarannya, perhatikan rancangan batiknya. Kursi masih tersedia dan tiket siap dipesan :


















Pak Nukman...sukses untuk seminar jenengan. Batik spesial rancangan Rumah Produksi kami yang sudah jenengan pesan untuk dipakai nanti, siap mengawal bonafiditas dan profesionalisme jenengan didepan para peserta seminar 23 Juli nanti. insyaALLAH...Amiin

Rumah Produksi Sandang Takwa
Abdul Rahman Hantiar

8.6.08

Road to Paris, ending story

Tempat2 asyik lainnya yang sempat kami kunjungi adalah :
- Plasa de La Concorde, Monumen Batu Menhir yang dibawa langsung dari Mesir waktu Napoleon berhasil menaklukkannya. Disini juga tempat Raja Louis XIV dan istrinya Ratu Antoinette di pancung pada saat peristiwa Revolusi Perancis terjadi.
- Boulevard Saint Germany dan Boulevard Saint Mitchel. Tempat kongkow2nya anak2 muda Paris
- Gereja Notredamm, pasti sudah sering mendengar "The Hunchback from Notredamm" atau Si Bungkuk dari Notredamm, novel legendaris karya Victor Hugo yang sempat dibuatkan filmnya.
- Juga kami berkunjung ke apartement sahabat kami tersayang, Shello and her cool husband Mark, serta sang putra mahkota Heiko di Suburban. Kota kecil diluar kota Paris, yang berjarak sekitar satu setengah jam perjalanan dari Paris. Yaah, kayak dari Jakarta ke Cikampek lah. From the deep of our heart, thanks to you guys for all of your kindness...
- Minum secangkir coklat panas di depan Pompidue. Gedung seni pertunjukan tempat berkumpulnya seniman2 yang trendy2 dan gaya. Yaaah, kalau disini kayak di TIM (Taman Ismail Marzuki)
- Galery La Fayyette, pusat perbelanjaan di Paris. Disana Mall disebut Galery. Mungkin ini kali ya yang menginspirasi nama Galery Mall di Jogjakarta. La Fayyette adalah nama Jenderal Perancis yang membantu Revolusi Amerika yang menyatukan Amerika Utara dan Selatan yang pada saat itu sedang berperang dalam sebuah perang panjang yang disebut "Civil War". Nama Civil War ini menginspirasi Gun's N Roses untuk membuat sebuah lagu berjudul "Civil War". Setelah itu Amerika bersatu menjadi United States of America yang terdiri dari negara2 bagian di Utara dan Selatan dibawah kepemimpinan presiden pertama Amerika, Jenderal Besar George Washington.
- Toko Pusatnya Louis Vuitton, iihhh jijay ah masuk toko ini barang2nya produk gagal semua. Maksudnya gagal dibeli...
- Terakhir, tempat yang akan mengantarkan kami pulang, Airport Charles De Gaulle. Pak De Gaulle ini adalah Jenderal Perancis yang memimpin perang gerilya rakyat Perancis yang akhirnya berhasil merebut kembali Perancis dari tangan Hitler atas dukungan teman2 dari Sekutu.

Sambil menghirup nafas panjang, konsentrasi, fokuskan pikiran dan berkhusnudzon kepada ALLAH, saya, istri dan Aisyah putri kami berucap lirih bersama saat akan berangkat pulang ke Indonesia, "Perancis, kami pasti kembali..."


Toko Pusat Louis Vuitton, awas ya nanti aku
ngontrak buka toko disampingmu mas


Coklat panas gratis (ditraktir S----o hehehe)
di Pompidue


Sarapan pagi roti panjang bersama Shello's family,
(apa ya kenyang perutnya...liat tuh ;))


Nglirik nglirik, kalau berani kirim surat dong...


Jalansutra, Paris
Abdul Rahman Hantiar

Road to Paris, on funny story

Hari selanjutnya jalan2 terasa lebih menyenangkan, waktu lebih banyak, badan sudah agak segar karena dendam tidur sudah terbalaskan, dagangan Alhamdulillah laris uang saku jadi lebih banyak hehehe...

Demi memuaskan jiwa petualangan kami, kali ini kami berangkat dari rumah Pak Des yang terletak di daerah D'Issy dengan menggunakan metro bawah tanah, moda transportasi umum Perancis yang cukup aman, nyaman dan cepat. Berbekal peta kereta yang kami dapatkan di loket peron tempat beli tiket metro kamipun berpetualangan di belantara Paris dengan KRL ala Perancis. Meskipun ada peta, kami cukup bingung juga dan sedikit kesasar2 untuk bisa sampai di Kantor KBRI. Maklumlah, Paris kan kota besar, lagipula bangunannya hampir sama semua. Untunglah kemampuan bahasa Perancis istri saya cukup bisa diandalkan, jadi masih bisa tanya2 arah dan jalan yang benar. Kalau kita tanya dalam bahasa Inggris, bisa dipastikan 90% pertanyaan kita tak akan terjawab, wong mereka itu gak mudeng boso Inggris. Menurut cerita sih ada rivalitas antara Inggris dan Perancis ini. Dari penelusuran saya, rivalitas ini bermula dari kekalahan Napoleon (satu2nya pemimpin Perancis yang memakai gelar Kaisar) dalam peperangan melawan Inggris di Waterloo, atau terkenal dengan nama Pertempuran Waterloo. Setelah kalah perang, Napoleon ditawan pihak Inggris dan diasingkan disebuah pulau kecil di sekitar semenanjung Bearing yang akhirnya Napoleon memilih mati dengan menenggak racun arsenik. Setelah jasad Napoleon dikembalikan mulailah merebak sentimen anti Inggris di Perancis, sampai sekarang. Mungkin rivalitas ini sama dengan rivalitas ala Sunda dan Jawa, setelah terjadinya tragedi Perang Bubat antara Majapahit dan Sunda Galuh (Pajajaran) membuat Sunda mengibarkan bendera sentimen kepada Jawa. Ini bisa dilihat jejaknya dari tidak adanya nama Jalan Majapahit, Gajah Mada atau Hayam Wuruk di Bandung sampai sekarang. Hmmm...sebuah rivalitas yang membabi buta. Kalau di Bogor saya tidak tahu, mungkin ada nama2 itu, karena Bogor dulu termasuk dalam wilayah kerajaan Sunda Pakuan, kerajaan di wilayah Jawa Barat yang sudah masuk dalam wilayah teritori Majapahit. Kembali ke...Paris.

Selesai acara bisnis meeting, saya satu paket bersama anak istri dan Pak Darmawan (Kepala BKPMD NTB) mencoba menelusuri kota Paris dengan berjalan kaki. Kebetulan letak kantor KBRI berada di tengah kota, sehingga tidak jauh dari tempat2 asyik Kota Paris. Tujuan pertama kami adalah Trocadero. Sebuah tempat seperti balai kota yang berhadapan langsung dengan Menara Eiffel. Di Trocadero ini kami mencoba naik bus tingkat terbuka yang berkeliling keseluruh tempat wisata di Kota Paris. Harga tiket untuk satu orang sebesar 25 Euro. Menurut saya sih murah, karena daripada kita naik taksi atau naik kereta, bus terbuka ini sudah bisa menjelajahi seluruh tempat2 penting yang ada. Praktis udah langsung sekali jalan.

Setelah mencoba bus terbuka, ditengah terik panas matahari kamipun makan malam (kikikikik lucu ya, makan malam kok panas2). Agak susah juga bagi kami cari makanan di Paris ini, karena ada 2 tantangan yang harus kami lewati. Tantangan tersebut adalah, pertama kami harus cari makanan yang jelas halal, tantangan kedua makanan halal tersebut harus makanan yang kami doyan. Maklumlah, puluhan tahun perut ini hanya sreg dengan mahluk yang namanya nasi. Alhamdulillah, makanan yang kami cari akhirnya dapat juga, makanan halal dari Turki. Sepiring kentang campur semak2, ditambah daging kebab dan sepotong roti gandum. Ternyata meskipun tanpa nasi, saya gak kuat makan sampai habis wong makanan sebanyak ini pantasnya buat 3 orang. Makanya orang bule itu besar2, udah makannya banyak, berkualitas lagi.

Keesokan harinya, kami peserta festival dijamu benar oleh KBRI. Disewakan satu bus gratis khusus untuk city tour dan jalan2 muter2 kota Paris. Tujuan pertama, pasti...EIFFEL. Disini kami sempat makan siang di taman persis dibawah Eiffel. Saya liat dikanan kiri banyak sekali yang makan siang sambil lesehan ditaman2. Tapi bedanya, mereka makan roti panjang2, kami makan nasi kotak sambal goreng teri dan lauk daging. Masih enak mana hayoo...Dari Eiffel kami berjalan menyusuri Champ de Elyesses sampai di Gapura kemenangan yang dibangun Napoleon untuk menyambut pahlawan2 perang Perancis yang baru datang dari medan perang, gapura ini bernama Arc de Triomph. Pada masa Perang Dunia II, waktu Hitler menaklukkan Perancis, dia sempat berorasi diatas mimbar tepat persis dibawah Arc de Triomph, mungkin sebagai simbol bahwa Hitler telah meraih kemenangan atas Perancis. Dan kemudian dilanjutkan dengan parade kekuatan tentara Nazi disepanjang jalan Champ de Elyesses dimana itu adalah parade terbesar kekuatan tentara Nazi diluar Jerman.

Dari Arc de Triomph, kami meluncur ke tempat yang sangat kami idam2kan, MUSEUM LOUVRE. Museum yang menyimpan lukisan paling terkenal sepanjang sejarah karya asli Leonardo Da Vinci, MONALISA...Wah kalau saya suruh cerita tentang Museum Louvre ini saya nyerah deh, jari2 saya gak kuat ngetik lagi saking betapa luar biasa buanyaknya kesan yang saya dapatkan (menurut saya lho) di museum ini. Maklum, saya dan istri termasuk orang2 yang hobby sejarah dan museum, dan konon menurut info dari teman yang sudah kesini sebelumnya, kalau kita berdiri di depan obyek yang dipamerkan di Louvre selama 3 menit, maka dibutuhkan waktu selama 2 bulan untuk bisa melihat keseluruhan obyek yang berada di Louvre, itu saking buanyaknya obyek yang dipamerkan di Louvre ini. Semuanya dikumpulkan sejak jamannya Raja Louis kesepuluh atau kira2 sejak 300 ratus tahun yang lalu. Itulah bedanya Raja2 Eropa dengan Raja2 Nusantara. Saking maniaknya mereka sama seni dan kebudayaan segala yang berbau antik dikumpulkan, dibuatkan istana untuk dijadikan museumnya dan dijaga dirawat sampai berpuluh2 generasi. Kalau Raja2 kita, segala yang berbau cantik dan harum dikumpulkan, dibuatkan keputren untuk istirahatnya dan mana mungkin diwariskan. Kalau ditanya raja tetangganya, "Mas, istri sampeyan ada berapa?" Dengan bangga sambil terkekeh dia menjawab, "Baru 103 tuh, hehehehehe...."

Akhirnya realita menarik yang saya jumpai di Perancis ini adalah, museum lebih rame dan antri2 daripada di Mall. Kita kapan tuh? "Nanti kalau di museum udah banyak yang cantik2 dan wangi seperti di Mall2, hehehehehe" jawab sang Raja Nusantara...


Kapan stroller anak saya bisa melenggang
bebas di KRL Jakarta ya...


Saya lupa namanya, tapi ini isinya kentang goreng, semak2,
daging kebab dan roti gandum, 100% halal


Sssttt jangan bilang2, habis naik bus
terbuka ini saya masuk angin



Museum Louvre, kok semua keterangan obyekmu
berbahasa Perancis thoo, padahal pengunjungmu
kan dari seantero dunia


Jalansutra, Paris
Abdul Rahman Hantiar

Road to Paris, on leisure story

Perjalanan kami ke Perancis dalam rangka pameran tentu tidak kami lewatkan untuk jalan2 menikmati keindahan dan tempat2 wisata di kota Paris. Di hari pertama pada saat saya diajak nonton Muslim Expo oleh dua orang teman Perancis saya diajak untuk mampir sholat di masjid besarnya Paris yang juga berfungsi sebagai Islamic Center. Masjid ini terletak di tengah2 kota Paris dan dibangun oleh tentara Aljazair yang terkena wajib militer dari pemerintah Perancis pada masa Perang Dunia ke dua. Pada awalnya bangunan ini bukan bangunan masjid seperti yang kita bayangkan, bahkan hanya berupa sebuah rumah seperti gudang. Tetapi lambat laun, seiring perkembangan Islam di Perancis, bangunan ini pun mulai dirombak, dan sekarang benar2 tampak seperti masjid, dengan arsitektur bergaya Maghribi. Satu fenomena menarik yang saya temui, bahwa dimasjid ini banyak sekali turis yang datang, kebanyakan mereka dari Eropa dan sekitarnya. Jadi waktu saya masuk, ternyata takmir masjidnya menyediakan semacam guide yang mendampingi dan menerangkan tentang fungsi masjid dan agama Islam secara umum kepada pengunjung yang datang. Menurut teman saya, di Eropa ini meskipun Islamophobia gencar, tetapi sebenarnya perkembangan Islam lebih gencar lagi, dan itu berasal dari keingintahuan masyarakat Eropa akan Islam, dan ketika mereka tahu setelah belajar banyak tentang Islam, kebanyakan mereka kembali dalam pelukan Dienul Islam. Sayang selama di Perancis, istri saya belum mencicipi sholat di masjid besar Paris ini. Tapi itu malah menjadi cambuk baginya, bahwa suatu saat nanti kita pasti kembali...

Sore harinya setelah saya kembali ke KBRI, istri saya mengajak jalan2 menyusuri sungai Shein sambil menikmati pemandangan menara Eiffel. Oiya, di Perancis ini matahari tenggelam pukul 10 malam. Jadi meskipun kami bilang sore hari (sekitar jam 18-19 malam) suasananya terang benderang dan matahari masih panas. Baru ketika mulai masuk jam 21 senja mulai temaram. Kadang kondisi ini melenakan, kami pikir masih siang tapi ternyata sudah cukup larut bagi kita di Jakarta, jadi badan capek tapi tidak terasa, karena perasaan masih siang aja. Yang lucu kalau kita kerestoran, bilangnya mau dinner (makan malam) tapi suasananya lunch. Ya sudahlah, bagi kita kalau mau makan dalam keadaan Paris sudah malam itu berarti "menthong" atau sahur kali ya....hehehe. Selesai kami menyusuri sungai Shein, kami menyempatkan berfoto di monumen Diana, yang berada tepat persis diatas terowongan tempat Lady Diana dan kekasih gelapnya mati kecelakaan. Konon, ketika polisi forensik memeriksa mayat Mas Dody Alfayed, didompetnya ditemukan secarik kertas berisi sebait puisi cantik untuk sang Lady, berikut kutipan puisinya :

"Diana"

"Digunung tinggi kutemui
Gadis manis putri paman petani Inggris
Cantik menarik menawan hati, Diana namanya manja sekali"

"Waktu aku mengikat janji
Kubelikan cincin bermata jeli
Tapi apa yang kualami, paman petani Inggris marah ku dibenci"

"Diana, Diana kekasihku
Bilang pada orangtuamu
Cincin yang bermata jeli itu, tanda cinta kasih sayangku"

Made in the city of love, Paris, only for my Lady
by Dody Alfayed, monggooooo...


Monumen Lady Diana, tepat diatas terowongan tempat
dia tewas kecelakaan


Masjid Besar Paris dengan gaya Maghribi, tampak depan


Mimi lan mintuno, bergaya khas Batik Indonesia
ditepi sungai Shein, berlatar Eiffel


Jalansutra, Paris
Abdul Rahman Hantiar

4.6.08

Road to Paris, on bussiness happy story

Situasi hari kedua lebih menyenangkan. Pengunjung lebih banyak dari hari pertama, dan panitia nampaknya sudah lebih bisa mengatur situasi, sehingga arus pengunjung bisa mengalir, tidak semrawut seperti hari pertama. Pengunjung ada yang dibagi untuk menonton pertunjukan tari2an, ada yang makan menikmati hidangan kuliner Indonesia dan ada juga yang digiring naik keatas berbelanja produk2 Indonesia. Dan acara Festival Indonesia ini memang benar2 sukses. Saya lihat sebagian besar teman2 pedagang berwajah cerah berbinar2 semua, dan barang2 yang dipajangpun sudah sekitar 70% habis. Begitu juga dengan kami. Baju2 batik yang dibawa istri saya laris manis, begitu juga dengan handycraft batik milik saya sudah tinggal yang kecil2 saja. Di hari kedua inipun saya dan istri sudah santai dagangnya. Ada orang dilayani, gak ada orang ditinggal pergi jalan2 liat pertunjukkan budaya atau makan bareng bule2 yang penasaran dengan menu Indonesia. Kami sendiri sempat mencoba bakso yang dijual di belakang, waktu mau bayar kami tanya harganya, tau berapa ? Satu mangkok 5 Euro, 1 Euro = 14.500 Rupiah, jadi harga satu mangkok bakso sama dengan 72.500 rupiah, mantaaab. Gitu saya beli dua lagi, total yang saya bayar untuk dua mangkok bakso berarti sama dengan 145.000 rupiah, muaaantaab...

Hari ketiga masih dalam rangkaian Festival Indonesia acara adalah bussiness meeting dengan pengusaha Perancis. Acara ini diarrange panitia untuk membantu pengusaha2 Indonesia mendapatkan buyer atau partner yang bisa meningkatkan pengembangan usaha yang bersangkutan. Formatnya langsung one to one meeting, jadi panitia menyediakan meja, dimana masing2 pengusaha dari Indonesia menempatkan sampel2 produknya, kemudian para pengusaha Perancis yang datang bisa langsung memilih dengan siapa mereka ingin meeting dan langsung menjalin sinergi diantara mereka. Sebelum bussiness meeting dimulai, kami mendapatkan pembekalan oleh Bapak2 pejabat Indonesia yang memberikan masukan dan arahan kepada kami para pengusaha. Pembekalan ini diberikan langsung oleh :

- Bapak Hari Prawoko, Atase Perdagangan KBRI Perancis
- Bapak Maruli, Wakil Dubes
- Bapak Lubis, Deputi BKPM
- Bapak Bahrul, Kepala BPEN
- Bapak Des Alwi, Kepala Fungsi Ekonomi KBRI Perancis

Selama di Perancis, kebetulan saya dan keluarga menginap di rumah Bp. Des Alwi. Banyak sekali hal yang bisa saya dapatkan dari Pak Des, sharing2 beliau tentang pasar Perancis dan Eropa (karena sebelum tugas di Paris, beliau bertugas di KBRI Inggris), tentang potensi produk2 Indonesia disana, dan yang paling penting Pak Des sudah menyatakan komitmennya untuk membantu pengusaha2 Indonesia yang ingin mengembangkan pasar di sana. Menurut saya Pak Des adalah pejabat yang baik dan hebat, beliau sangat low profile dan bersedia mendengarkan segala keluhan dan mencarikan solusi bagi masalah2 yang dialami oleh pengusaha kita. Selain itu Pak Des Alwi adalah sosok kepala keluarga teladan, beliau memiliki keluarga yang sangat hangat dan perhatian sekali. Sungguh suatu kehormatan yang besar sekali bagi kami sampai bisa menginap dan mengenal dekat keluarga Pak Des Alwi, pejabat no. 3 di KBRI setelah Pak Dubes dan Pak Wakil Dubes.

Yang paling istimewa adalah saat kami bertemu dengan Pak Jeff, beliau adalah staff lokal KBRI (orang Perancis) yang juga memiliki usaha butik di Paris. Waktu bertemu istri saya, mereka sempat sharing banyak tentang dunia fashion. Kalau masalah ini, istri saya sangat paham sekali, apalagi istri saya pernah kuliah di Interstudi selama 3 tahun, jadi cocoklah. Mungkin karena merasa senang bisa sharing dengan istri saya, Pak Jeff memberi kami hadiah yang menurut kami luar biasa. Dengan santainya Pak Jeff memberi istri saya mal pola baju2 dari Crhistian Dion, asli. Wah ini harta karun, mana mungkin kami bisa dapat mal pola baju2 Dior asli yang setelah jadi baju bisa berharga jutaan per bajunya kalau tidak karena kebaikan Pak Jeff. Dan yang lebih menggembirakan lagi, Pak Jeff punya buuuanyaak sekali mal pola baju2 Dior ini dan dia bilang sama istri saya, kalau kamu butuh lagi saya bisa kirimkan ke kealamatmu di Indonesia, bujubuneeeng mantabnyaaaa... Saya gak tau dari mana dia bisa dapat yang asli, tapi karena dia hidup di Paris dan punya butik, mungkin dia punya akses langsung ke desainer2 ternama dunia. Dan kata Pak Jeff tidak setiap butik di Paris bisa dapat seperti yang dia punya...walah walah mimpi apaaa kami ini....dapat mal pola baju, tinggal tempel di kain, gunting, jahit terus jual, yang itu semua karya langsung dari Christian Dior...ALLAHU AKBAARRR !!!


Suasana Festival Kuliner Indonesia di halaman belakang KBRI


Laris manis tanjung kimpul...


Dari Ki - Ka, Pak Hari, Pak Maruli, Pak Lubis,
Pak Bahrul dan Pak Des Alwi


Di tengah kehangatan keluarga Pak Des Alwi


Bersama dengan Christian "Pak Jeff" Dior


Paris, 12 & 13 Mei 2008
Abdul Rahman Hantiar

Road to Paris, on bussiness story

Setelah acara ceremony pembukaan festival Indonesia yang ditandai dengan pemukulan gong oleh Pak Wakil Dubes dibuka, pengunjung mulai beredar. Posisi kami ada dilantai 2, jadi perlu naik tangga dulu sebelum para pengunjung bisa melihat barang2 kami. Setelah masuk KBRI, pengunjung memang diarahkan untuk melihat pertunjukkan budaya Indonesia dan mencicipi hidangan kuliner Indonesia di halaman belakang KBRI, baru setelah kenyang dan terhibur pengunjung naik kelantai 2 melihat pameran produk2 Indonesia yang kami jual. Diharapkan setelah kenyang dan hatinya senang karena terhibur, pengunjung jadi lebih mudah memborong barang2 kami. Pembeli pertama barang saya adalah sepasang suami istri yang sudah sepuh. Oiya, bicara masalah kemesraan, orang Perancis jangan ditanya, saya telah beberapa kali bertemu dengan pasangan sepuh Perancis dan gaya mereka luar biasa, bicara masih mesra, gandengan tangan, yang mungkin sangat jarang saya temui di Indonesia, bahkan ada seorang Bapak oh bukan, seorang kakek mungkin, dia beli syal sutra batik istri saya, sambil membayar dia tanya kepada istri "Apa menurutmu warna yang cocok buat istri saya, itu dia ada disana" Otak dagang istri saya langsung connect "Ini saja Mbah, cocok sekali buat Mbah putri" jawab istri sambil menyodorkan syal sutra batik paling mahal yang dia punya "Oke, saya percaya kamu cu. Tapi jangan bilang2 istriku ya, aku mau bikin surprise..." Ciiyyyeeee...Sambil menerima uang istri saya melirik saya dengan lirikan penuh arti, merasa tahu artinya sayapun pura2 melirik patung ukiran bali disamping saya....

Setelah makan siang adalah saat paling membawa berkah. Pengunjung festival Indonesia ternyata benar2 membludak. Oiya, saat festival Indonesia diadakan kota Paris sebenarnya sedang libur panjang. Sebelum pameran dimulai, panitia sebenarnya ketir2 juga dengan kondisi libur panjang tersebut. Karena menurut kebiasaan orang Perancis kalau liburan apalagi musim semi, mereka selalu keluar kota, khawatirnya karena banyak yang pergi, acara pameran ini gak ada yang datang. Tapi, ternyata banyak juga yang masih stay di dalam kota. Bahkan yang stay itulah yang sedang mencari alternatif acara pengisi libur panjang mereka. Jadilah acara Festival Indonesia ini hiburan murah meriah liburan mereka sehingga pengunjung membludak, dan inilah yang membawa berkah besar bagi kami para pedagang produk2 Indonesia. Diantara ramainya pengunjung, saya melihat dua orang Perancis yang kayaknya berwajah hanif. Bahkan salah satunya memakai peci. Saya langsung yakin, pasti mereka ini muslim. Ketika sampai di meja saya tanpa ragu langsung saya ucapkan salam. Apa yang terjadi, mereka menjawab salam saya dengan pelukan sambil berkata "Welcome to Paris my brother", wah wah luar biasa sekali brotherhood antar sesama muslim di Paris ini, mungkin karena mereka minoritas jadi ikatannya lebih erat. Dari ceritanya, yang berpeci ternyata adalah seorang pengusaha. Dia biasa mencari potensi produk2 yang bisa dijual, dan ternyata dia beristrikan orang Indonesia, orang Padang tepatnya. Sedangkan yang satunya lagi adalah seorang dokter spesialis herbal dan traditional treatment. Setelah ngobrol sana sini, mereka mengajak saya lihat pameran tahunan Muslim terbesar di Perancis. Wah, ini orang baru kenal udah mau ngajak saya pergi. Saya kan baru aja datang di Perancis ini, apalagi ketika saya minta ijin istri ternyata istri saya tidak mengijinkan. Ntar kalau hilang bagaimana? Atau kalau misalnya diculik bagaimana? Apalagi hp saya tidak berfungsi disana, nanti kalau ada apa2 bagaimana koordinasinya. Tapi saya tawakkal saja, dan istripun akhirnya mengijinkan setelah saya paksa2. Kepada mereka sayapun menunjukkan sikap bersahabat tanpa sedikitpun saya tampakkan kecurigaan. Bertiga akhirnya kami berangkat ke Annual Muslim Expo terbesar di Perancis. Ternyata tempatnya diluar kota Paris. Kurang lebih satu setengah jam perjalanan.

Sampai disana, Subhanallah...luar biasa sekali perkembangan Islam di negeri Perancis ini. Saya merasa seolah2 berada di tanah abang, karena sejauh mata memandang saya melihat kaum wanitanya berjubah abaya berjilbab dan kaum prianya rata2 berpeci. Wajah mereka didominasi
wajah2 dari Maroko, Aljazair, Turki, Pakistan, Libya karena memang negara2 ini pernah menjadi jajahan Perancis, jadi mereka adalah keturunan para pendatang negeri jajahan yang sudah lama mukim turun temurun di Perancis. Barang2 yang dipamerkan pun berisi jilbab2, baju koko gamis, buku2 Islam, VCD2 Islam persis seperti yang sering kita temui di acara Islamic Expo di senayan atau di JCC Jakarta. Disana saya dikenalkan oleh banyak sekali saudara muslim Perancis, dan ketika mereka tahu saya dari Indonesia mereka sangat respect sekali. Saya baru tahu, Indonesia sangat terkenal sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar didunia, dan oleh mereka saya dipandang sebagai warga negara muslim yang negaranya menerapkan Islam dengan sungguh2, padahal mereka tidak tahu...cuman menang banyak doang. Di pameran ini saya juga dikenalkan dengan seorang pengusaha baju renang muslimah Hasema, sebuah brand terkenal dari Turki. Orangnya ramah dan baik sekali, dan yang membuat saya sangat surprise, esoknya dia datang ke KBRI khusus hanya untuk mencari saya. Di KBRI saya tunjukkan foto produk baju renang muslimah saya, yang ternyata membuat dia sangat exciting dan tertarik. Di akhir pertemuan kita dia berkata sama saya "We must do bussiness between us brother", Oke pak tak tungguuu...!!! Tiba2 langit menjadi penuh bintang...

Bersambung...


Mbah kung dan Mbah uti pembeli pertama kami


Ahlan wa sahlan my brother...


Annual Muslim Expo terbesar di Perancis


Bersama kita berdakwah ke seluruh dunia
mengenalkan baju renang muslimah, InsyaALLAH,
bersama ekslusif dealer Hasema di Eropa


Paris, 11 Mei 2008
Abdul Rahman Hantiar