We are "The Fighter" family

We are "The Fighter" family
Alamat kami : Jl. Pahlawan Revolusi, Komplek Aggaran No. 12, Pondok Bambu, Jakarta Timur. Tlp rumah : 021 - 86603637

3.6.08

Road to Paris, bon voyage

Hari pertama sampai adalah saat2 terlelah dan terindah. Bagaimana tidak
lelah, hampir 20 jam kami di perjalanan, transit 55 menit di Singapore
tepat pukul 11 tengah malam. Kemudian berhenti di Srilanka selama 1,5
jam pukul 3 pagi, kemudian transit lagi di Dubai 2 jam dipukul 7 pagi,
praktis membuat kami hampir tidak tidur sepanjang malam. Jam 9 pagi
lanjut lagi perjalanan ke Paris. Sepanjang siang tidur ayam adalah
satu2nya tidur yang menjadi hiburan kami. Mendarat di Bandara Charless
De Gaulle Paris, menjadi puncak keindahan yang bisa membunuh lelah kami sejenak. Semua pemandangan tampak baru, bangunan bandaranya, cuacanya, orang2nya yang ternyata turis semua, bahasanya, jalanannya, mobilnya yang ternyata stir kiri, Mc Donalds yang ternyata gak ada nasinya, polisi dibandara yang ternyata lebih sangar satgas FBR di gardu depan komplek rumah saya, dan yang menggembirakan adalah saya menemukan nama "Tumino" di pintu keluar bandara, sebuah nama Jawa yang pasti sangat Indonesia, akhirnya ada juga sebuah kata berbau Indonesia, Jawa malahan, setelah hampir semua keterangan di Bandara Charless De Gaulle bahasa Perancis semua. Ya, dialah Pak Tumino, pengemudi KBRI yang ditugaskan menjemput kami di Bandara. Anehnya, dia lebih fasih bahasa Perancis daripada bahasa Jawa, padahal dia menyandang nama Tumino, sebuah kata penuh budaya adiluhung yang membawa Sangkanparaning Jagad, karena berciri Jawa. Ada yang menarik tentang nama Jawa ini. Pada saat kami sedang berpameran di KBRI, ada sepasang suami istri mampir ke meja kami. Suaminya asli orang Perancis dengan gaya bule sejati, dan istrinya nampak seperti Mbak2 yang baru pulang dari - maaf - "nguri gabah" di sawah, wajahnya ndeso sekali, tapi dari segi gaya, istri saya nampak seperti satpam yang bersebelahan dengan Oscar Lawalatta si desainer yang gayanya selalu eksentrik itu. Mereka menggandeng seorang anak yang sangat bule. Sama sekali tidak unsur ndesonya seperti sang ibu, waktu saya tanya namanya, jawaban dari sang Ibu membuat saya nampak kerdil dan kayaknya harus sungkem meminta seribu maaf atas sangkaan yang mengira Mbak ini tidak nasionalis, tidak bangga terhadap budaya ndeso Indonesia kita..."Eeeee gantengnya si kecil ini, waaah bener2 nurun bapaknya semua (beruntung kau nak)...namanya siapa mbak?? Tanya saya basa basi, "Namanya Yanto mas..." jawab sang Ibu...gubraakkk...dunia menjadi penuh kabut dan mata saya berkunang2 malunyaaa.

Sampai di KBRI, tampaknya persiapan panitia sudah hampir komplit. Semua stand ternyata sudah didekor langsung oleh panitia, sehingga kami para peserta pameran tidak perlu repot2 untuk menata display (two thumbs up for all the people in Indo embassy). Padahal sepanjang perjalanan saya cukup bingung membayangkan bagaimana nanti menata display kami ya,
badan udah puegel2, barang saya ada yang besar2 seperti meja catur batik yang berukuran 1 m x 1 m, cermin2 dinding yang juga berukuran besar, sedangkan saya gak tahu medan, wah pasti repot. Bagaimana nanti menempelkannya didinding stand saya supaya cantik dan mudah diliat
orang? Nanti beli paku dimana ya? Apa ya bahasa Perancisnya paku? Di dekat KBRI ada toko bangunan gak ya?. Alhamdulillah kebingungan saya berubah menjadi lega setelah saya sampai di KBRI, semua sudah tertata dengan cantik. Tinggal barang2 istri saya saja yang belum, karena
memang kami bawa langsung di koper dari Jakarta. Tapi itu tidak sulit, cuma butuh hanger sama standing hanger, dan semuanya sudah ada disediakan oleh panitia. Sekali lagi two thumbs up for all the people in Indo embassy. Malam harinya kami seluruh peserta pameran diajak
panitia menuju Wisma Indonesia yang terletak selama 15 menit perjalanan dari KBRI. Disana kami dijamu makan malam oleh seluruh pejabat dan staf KBRI. Sayang Pak Dubes tidak hadir karena beliau sedang sakit. Jadi kami disambut oleh Pak Wakil Dubes dan Pak Dubes RI untuk Unesco. Perlu diketahui, kami sampai Paris pukul 2 siang langsung menuju KBRI,
setelah itu mandi dan ganti baju di KBRI terus langsung kerja beres2 stand dan menata barang sebentar sehingga sesuai dengan selera kami. Sampai jam 6 sore kami langsung dibawa ke Wisma Indonesia untuk dijamu makan malam, bisa kebayang kan betapa cuapek dan lelahnya kami. Apalagi saya tidak tahu kalau ternyata ada acara jamuan makan malam segala,
sehingga baju saya sebenarnya tidak pantas untuk hadir di acara resmi. Tapi sebenarnya yang paling tidak pantas adalah wajah saya dengan ditunjang mata ngantuk, rambut kucel, dan kepala pusing karena masih jetleg. Tapi kondisi ngantuk ternyata menolong saya. Setelah selesai
makan, saya melihat ada staf KBRI yang membawa baki menawarkan gelas2 minuman berwarna hitam kemerah2an. Saya kebetulan duduk disamping istri, pas dia sudah sampai didepan saya dengan sopan dia menawarkan saya minuman "Silahkan pak ...co..ca..co..rah..." Karena super ngantuk telinga saya mendengar dia menawarkan coca cola. Wah, gak nafsu mas saya lebih seneng kasur, kata saya dalam hati sambil menggelengkan kepala kepada mas yang bawa nampan tersebut. Setelah dia pergi, istri saya nyolek pinggang saya "Eh tau gak dia tadi nawarin apa?" "Coca cola kan?" jawab saya, "Oalah mas herman ngantuk, dia tadi nawarin anggur merah alias wine tau !""He?" Alhamdulillah, ngantuk saya menyelamatkan saya dari minuman khamar - Semoga Bapak Ibu di KBRI bisa mengurangi atau bahkan menghapus konsumsi makanan atau minuman yang dilarang oleh agama, sehingga keberkahan bisa menyelimuti perwakilan bangsa kita di negeri orang -


Boarding Room Dubai International Airport
Aisyah : "Kenalkan ini temen2ku"


Rombongan satu pesawat tiba di Paris Airport, dari Kiri ke kanan :
Pak Asra (Deplu), Ibu Rostinah (Presdir Panghegar Group), kami,
Pak Darmawan (Kepala BKPMD Prov. NTB)


Barang2 kami yang sudah tertata rapi


Jamuan makan malam di Wisma Indonesia bersama
Pejabat dan seluruh Staf KBRI Perancis


Paris, 10 Mei 2008
Abdul Rahman Hantiar

1 comment:

Riza Solo said...

Terimakasih atas sharing pengalaman dan foto-fotonya di Milad I TDA
Joglo. Banyak inspirasi yang muncul.
Spesial thanks, semangat istri saya berkibar lagi. He he he.
Kapan ke Solo, kita wedangan lagi.

Salam,