We are "The Fighter" family

We are "The Fighter" family
Alamat kami : Jl. Pahlawan Revolusi, Komplek Aggaran No. 12, Pondok Bambu, Jakarta Timur. Tlp rumah : 021 - 86603637

8.6.08

Road to Paris, on funny story

Hari selanjutnya jalan2 terasa lebih menyenangkan, waktu lebih banyak, badan sudah agak segar karena dendam tidur sudah terbalaskan, dagangan Alhamdulillah laris uang saku jadi lebih banyak hehehe...

Demi memuaskan jiwa petualangan kami, kali ini kami berangkat dari rumah Pak Des yang terletak di daerah D'Issy dengan menggunakan metro bawah tanah, moda transportasi umum Perancis yang cukup aman, nyaman dan cepat. Berbekal peta kereta yang kami dapatkan di loket peron tempat beli tiket metro kamipun berpetualangan di belantara Paris dengan KRL ala Perancis. Meskipun ada peta, kami cukup bingung juga dan sedikit kesasar2 untuk bisa sampai di Kantor KBRI. Maklumlah, Paris kan kota besar, lagipula bangunannya hampir sama semua. Untunglah kemampuan bahasa Perancis istri saya cukup bisa diandalkan, jadi masih bisa tanya2 arah dan jalan yang benar. Kalau kita tanya dalam bahasa Inggris, bisa dipastikan 90% pertanyaan kita tak akan terjawab, wong mereka itu gak mudeng boso Inggris. Menurut cerita sih ada rivalitas antara Inggris dan Perancis ini. Dari penelusuran saya, rivalitas ini bermula dari kekalahan Napoleon (satu2nya pemimpin Perancis yang memakai gelar Kaisar) dalam peperangan melawan Inggris di Waterloo, atau terkenal dengan nama Pertempuran Waterloo. Setelah kalah perang, Napoleon ditawan pihak Inggris dan diasingkan disebuah pulau kecil di sekitar semenanjung Bearing yang akhirnya Napoleon memilih mati dengan menenggak racun arsenik. Setelah jasad Napoleon dikembalikan mulailah merebak sentimen anti Inggris di Perancis, sampai sekarang. Mungkin rivalitas ini sama dengan rivalitas ala Sunda dan Jawa, setelah terjadinya tragedi Perang Bubat antara Majapahit dan Sunda Galuh (Pajajaran) membuat Sunda mengibarkan bendera sentimen kepada Jawa. Ini bisa dilihat jejaknya dari tidak adanya nama Jalan Majapahit, Gajah Mada atau Hayam Wuruk di Bandung sampai sekarang. Hmmm...sebuah rivalitas yang membabi buta. Kalau di Bogor saya tidak tahu, mungkin ada nama2 itu, karena Bogor dulu termasuk dalam wilayah kerajaan Sunda Pakuan, kerajaan di wilayah Jawa Barat yang sudah masuk dalam wilayah teritori Majapahit. Kembali ke...Paris.

Selesai acara bisnis meeting, saya satu paket bersama anak istri dan Pak Darmawan (Kepala BKPMD NTB) mencoba menelusuri kota Paris dengan berjalan kaki. Kebetulan letak kantor KBRI berada di tengah kota, sehingga tidak jauh dari tempat2 asyik Kota Paris. Tujuan pertama kami adalah Trocadero. Sebuah tempat seperti balai kota yang berhadapan langsung dengan Menara Eiffel. Di Trocadero ini kami mencoba naik bus tingkat terbuka yang berkeliling keseluruh tempat wisata di Kota Paris. Harga tiket untuk satu orang sebesar 25 Euro. Menurut saya sih murah, karena daripada kita naik taksi atau naik kereta, bus terbuka ini sudah bisa menjelajahi seluruh tempat2 penting yang ada. Praktis udah langsung sekali jalan.

Setelah mencoba bus terbuka, ditengah terik panas matahari kamipun makan malam (kikikikik lucu ya, makan malam kok panas2). Agak susah juga bagi kami cari makanan di Paris ini, karena ada 2 tantangan yang harus kami lewati. Tantangan tersebut adalah, pertama kami harus cari makanan yang jelas halal, tantangan kedua makanan halal tersebut harus makanan yang kami doyan. Maklumlah, puluhan tahun perut ini hanya sreg dengan mahluk yang namanya nasi. Alhamdulillah, makanan yang kami cari akhirnya dapat juga, makanan halal dari Turki. Sepiring kentang campur semak2, ditambah daging kebab dan sepotong roti gandum. Ternyata meskipun tanpa nasi, saya gak kuat makan sampai habis wong makanan sebanyak ini pantasnya buat 3 orang. Makanya orang bule itu besar2, udah makannya banyak, berkualitas lagi.

Keesokan harinya, kami peserta festival dijamu benar oleh KBRI. Disewakan satu bus gratis khusus untuk city tour dan jalan2 muter2 kota Paris. Tujuan pertama, pasti...EIFFEL. Disini kami sempat makan siang di taman persis dibawah Eiffel. Saya liat dikanan kiri banyak sekali yang makan siang sambil lesehan ditaman2. Tapi bedanya, mereka makan roti panjang2, kami makan nasi kotak sambal goreng teri dan lauk daging. Masih enak mana hayoo...Dari Eiffel kami berjalan menyusuri Champ de Elyesses sampai di Gapura kemenangan yang dibangun Napoleon untuk menyambut pahlawan2 perang Perancis yang baru datang dari medan perang, gapura ini bernama Arc de Triomph. Pada masa Perang Dunia II, waktu Hitler menaklukkan Perancis, dia sempat berorasi diatas mimbar tepat persis dibawah Arc de Triomph, mungkin sebagai simbol bahwa Hitler telah meraih kemenangan atas Perancis. Dan kemudian dilanjutkan dengan parade kekuatan tentara Nazi disepanjang jalan Champ de Elyesses dimana itu adalah parade terbesar kekuatan tentara Nazi diluar Jerman.

Dari Arc de Triomph, kami meluncur ke tempat yang sangat kami idam2kan, MUSEUM LOUVRE. Museum yang menyimpan lukisan paling terkenal sepanjang sejarah karya asli Leonardo Da Vinci, MONALISA...Wah kalau saya suruh cerita tentang Museum Louvre ini saya nyerah deh, jari2 saya gak kuat ngetik lagi saking betapa luar biasa buanyaknya kesan yang saya dapatkan (menurut saya lho) di museum ini. Maklum, saya dan istri termasuk orang2 yang hobby sejarah dan museum, dan konon menurut info dari teman yang sudah kesini sebelumnya, kalau kita berdiri di depan obyek yang dipamerkan di Louvre selama 3 menit, maka dibutuhkan waktu selama 2 bulan untuk bisa melihat keseluruhan obyek yang berada di Louvre, itu saking buanyaknya obyek yang dipamerkan di Louvre ini. Semuanya dikumpulkan sejak jamannya Raja Louis kesepuluh atau kira2 sejak 300 ratus tahun yang lalu. Itulah bedanya Raja2 Eropa dengan Raja2 Nusantara. Saking maniaknya mereka sama seni dan kebudayaan segala yang berbau antik dikumpulkan, dibuatkan istana untuk dijadikan museumnya dan dijaga dirawat sampai berpuluh2 generasi. Kalau Raja2 kita, segala yang berbau cantik dan harum dikumpulkan, dibuatkan keputren untuk istirahatnya dan mana mungkin diwariskan. Kalau ditanya raja tetangganya, "Mas, istri sampeyan ada berapa?" Dengan bangga sambil terkekeh dia menjawab, "Baru 103 tuh, hehehehehe...."

Akhirnya realita menarik yang saya jumpai di Perancis ini adalah, museum lebih rame dan antri2 daripada di Mall. Kita kapan tuh? "Nanti kalau di museum udah banyak yang cantik2 dan wangi seperti di Mall2, hehehehehe" jawab sang Raja Nusantara...


Kapan stroller anak saya bisa melenggang
bebas di KRL Jakarta ya...


Saya lupa namanya, tapi ini isinya kentang goreng, semak2,
daging kebab dan roti gandum, 100% halal


Sssttt jangan bilang2, habis naik bus
terbuka ini saya masuk angin



Museum Louvre, kok semua keterangan obyekmu
berbahasa Perancis thoo, padahal pengunjungmu
kan dari seantero dunia


Jalansutra, Paris
Abdul Rahman Hantiar

No comments: