Ini adalah blog pertama saya. Walaupun sudah amat sangat lama sekali saya mengamati dan membaca berbagai macam blog dari sahabat2 saya namun tak kunjung tertarik juga saya membuat blog untuk menulis apapun yang saya temui. Sampai suatu saat seorang sahabat saya yang juga seorang usahawan menganjurkan saya untuk membuat blog sebagai media sharing dan berbagi pengalaman mendorong saya untuk membuat blog ini.
Sama dengan comment yang pernah saya kirim ke sahabat saya Bung Badroni (pemilik Toko Manet Busana Muslim), Bisnis menurut saya adalah sense. Sense diasah dengan mind, social, culture dan habit.
Mind adalah akal, yang membuat kita bisa mengukur kemampuan bisnis apa yang bisa kita lakukan, kemudian dibandingkan dengan resiko yang mungkin bakal terjadi, sambil kita memetakan pasar, mengamati trend yang sedang berlangsung dan mempelajari kompetitor. Akallah yang memungkinkan kita melakukan itu semua.
Kemudian social, adalah kemampuan kita untuk memperluas pergaulan, membangun jaringan untuk membuat orang mengenal kita, mengenal bisnis yang kita jalankan, dan mengenal pribadi kita yang pada akhirnya bisa membuat orang mengukur apakah pribadi kita adalah pribadi yang baik untuk diajak berpartner dalam bisnis atau tidak. Tetapi disini saya tidak setuju kalo kita bersosial hanya semata-mata untuk tujuan bisnis. Banyak pengalaman sukses dari sahabat2 saya yang mendapatkan peluang bisnis karena sosial mereka berhasil. Dan pada awalnya mereka tidak bicara bisnis, hanya silaturahmi, yang pada akhirnya bisa merembet untuk menciptakan sebuah peluang usaha yang prospektus. 70% dari siklus bisnis sayapun juga berasal dari sosial yang saya bangun. Itu berhubungan pula dengan sektor bisnis saya dibidang jasa konsultan yang hampir didominasi oleh unsur trust atau kepercayaan yang tentunya saya harus punya sosial yang bagus untuk mendapat kepercayaan dari kolega2 saya.
Lalu culture atau budaya, seorang pengusaha yang baik adalah pengusaha yang menjunjung tinggi nilai etika, sehingga dia tidak dengan gelap mata menghalalkan segala cara untuk melanggengkan eksistensi bisnisnya. Mengenal etika tentu harus mengenal juga budaya, tentang bagaimana memperlakukan orang, berbicara dengan orang lain yang tentunya jika etika2 budaya tersebut kita langgar akan menimbulkan citra negatif orang lain kepada kita. Anda mau berbisnis tetapi orang lain mempunyai penilaian negatif terhadap anda?tentu tidak, karena pasti bisnis yang sudah anda bangun tidak akan berjalan lama dan langgeng.
Yang terakhir adalah habit yang berhubungan dengan kebiasaan2 yang kita lakukan. Sebagai seorang konsultan, saya dituntut untuk memberikan image yang positif kepada klien2 saya, sehingga konsekuensinya saya harus hadir sebelum mereka datang. Hal ini akan berat saya lakukan jika saya tidak membiasakan diri untuk disiplin. Selain disiplin bersifat mikro ada juga disiplin yang bersifat makro. Yaitu disiplin dalam kita berbisnis, atau dalam pengertian lain fokus dengan bidang yang kita tekuni. Banyak orang mudah tergiur dengan keberhasilan temannya yang akhirnya membuat mereka meninggalkan bisnis yang ditekuni beralih ke bisnis yang dipandangnya berhasil. Tetapi setelah mereka masuk didalamnya, kondisi yang terjadi ternyata tidak seindah pada saat pertama mereka lihat. Akhirnya karena kurang menguasai dan tidak terampil mengelola hal baru, bisnis itupun tidak berjalan lama. Banyak sahabat2 saya yang karena mereka "istiqomah" menekuni bisnis, sekarang sudah menjadi mapan. Padahal apa yang mereka usahakan itu adalah hal2 yang dianggap remeh dilingkungan kita.
Pengalaman adalah guru kita yang terbaik. Opini saya diatas saya simpulkan dari pengalaman2 sahabat saya, kompetitor saya dan tentunya dari pengalaman pribadi saya sendiri sebagai seorang usahawan. Belum tentu tepat 100% bagi anda, tetapi semoga bisa bermanfaat untuk menjadi referensi.
28.12.05
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment