We are "The Fighter" family

We are "The Fighter" family
Alamat kami : Jl. Pahlawan Revolusi, Komplek Aggaran No. 12, Pondok Bambu, Jakarta Timur. Tlp rumah : 021 - 86603637

7.6.09

Tour de Europe, Napoleon's batik war

Hari pertempuran telah tiba. Meja saya sudah berubah, setelah saya melakukan konsorsium dengan Bu Indah, pengusaha manik2 dari Bogor. Tempat kami tidak lagi tampak seperti teman2 yang lainnya yang menggelar dagangannya di meja, tapi berubah seperti layaknya etalase2 di Herod's London - Ada yang sudah pernah ke London ? Saya belum pernah, dan Herod's itu apa saya juga ndak tau - Di hari pertama acara Festival Indonesia ini saya melihat aura teman2 dahsyat sekali, wajahnya memancar bersinar2, pandangan matanya berbinar2, spirit jiwanya berpijar, layaknya semangat prajurit Napoleon Bonaparte yang berbaris gagah melintasi Arc de Triomph.

Setelah gong pembukaan acara ditabuh pengunjung segera beredar. Dagangan sayapun pecah telur. Orang pertama yang memecahkan telur saya adalah Ibu Kartini, WNI yang sudah lama tinggal di Paris. Selanjutnya berturut2 adalah Ibu2 dari KBRI yang sudah lama kangen sama produk2 asli dari Indonesia, dan setelah lama menunggu datanglah bule2 target pembeli yang saya idam2kan selama ini, kenapa?, mereka beli gak pakai nawar, pokoknya cocok dihati langsung dibayar. Kalau ibu2 kita, cocok dihati, tawar sekeras mungkin, kalau penjualnya sudah kleper2 nyerah baru bayar. Didampingi oleh Bu Ester, staf KBRI yang bertugas menjadi translater untuk ke bahasa Perancis, saya lincah menawarkan dagangan...kurang lebih seperti ini situasinya :

Saya : dicoba...dicoba...
Bu Ester menyahut : essayer...essayer...
Saya : boleh murah murah lho
Bu Ester menyahut lagi : être bon marché bon marché lho
Saya : diskon diskon
Bu Ester melirik saya : solde solde...(sambil siap2 mau milih barang2 saya)

Persis di depan tempat kami menggelar dagangan, ada sebuah panggung pertunjukan tempat untuk mempromosikan budaya dan pariwisata Indonesia. Bermacam2 pertunjukan di pentaskan disini. Mulai dari tari bali, tari aceh, tari jaipong, pencak silat, peragaan busana Batik dan lain sebagainya. Panggung inilah yang menjadi magnet bagi pengunjung yang memang penasaran ingin menyaksikan berbagai macam pertunjukan dari Indonesia. Saking membludaknya pengunjung di ruangan budaya KBRI ini sampai2 rak display milik teman kami rubuh terdesak oleh penonton. Sayangnya waktu pementasan padat sekali, sehingga penonton tidak sempat meng-explore dan bertransaksi dengan kami yang persis berada diseputaran panggung karena mereka sibuk menyaksikan pertunjukan.

My another activity di hari itu :
- Pagi2 keluar dari wisma, nyobain nyewa sepeda yang diparkir dipinggir jalan, ternyata asyik juga menyusuri jalan2 diseputaran Wisma Indonesia bersama Mas Andi. Terus ketemu warung croissant beli roti untuk sarapan pagi. Cara nyewa sepeda : Disamping parkirannya ada semacam mesin ATM untuk terminalnya, masukkan kartu kredit deposit 150 Euro, kemudian bayar sewa sepedanya 1 euro / hari, atau bisa juga berlangganan, kalau saya pilih sewa yang harian. Setelah sepeda kembali ketempatnya semula, uang deposit langsung refund.

- Selesai pameran, dalam perjalanan pulang mampir dulu di Trocadero, teman2 foto2 berlatar belakangkan Eiffel, tapi karena kepala saya pusing berat dari pagi sampe sore terkena gemuruhnya pertunjukan, walhasil saya tergeletak tepar dimobil saja tidak ikut turun, dan sampai wisma langsung tidur.


Meja saya setelah berkolaborasi dengan meja milik Bu Indah
(Bu Ester : Berbaju putih panjang)


Sambil menunggu mangsa, main2 ke meja sahabat
saya Pak Try Atmojo, saya dan beliau sama2 jual handycraft


Para pengunjung lagi digoyang jaipongan


Ngonthel nyari sarapan croissant

to be continue

5.6.09

Tour de Europe, Dinner with The Taipan

Setelah semua persiapan dari panitia selesai, kamipun bisa leluasa menata semua barang yang nanti akan kami jual. Dibanding tahun lalu, peserta Festival Indonesia 2009 nampaknya lebih banyak. Ini terlihat dari susunan meja yang lebih banyak dan dimanfaatkannya ruang2 yang dulu tidak terpakai sekarang terisi penuh. Meskipun terlihat semarak, tetapi menurut saya sebenarnya ini adalah tantangan bagi pihak panitia, untuk menyajikan sebuah pameran produk2 UKM Indonesia yang meskipun penuh tapi tetap terkesan elegan dan rapi, tidak umpeg2an seperti layaknya pasar kaget didepan masjid sehabis pulang sholat Jumat. Tetapi kalau menurut pengamatan saya, pengaturan layout tempatnya sudah cukup lumayan, masih terlihat rapi, meskipun ada beberapa barang teman2 yang terlihat sumpeg, tapi itu masih wajar, karena bagaimana lagi wong tempat di KBRI juga terbatas.

Ada yang menarik di KBRI Paris ini, ketika kami sibuk menata barang2 kami melihat Bapak2 panitia juga sibuk angkat2 meja, gelar karpet, masang lakban dilantai, manjat2 kursi masang umbul2, bantuin kami para peserta angkat2 kardus dari atas ke bawah, siapakah mereka? Mereka adalah para Bapak2 pejabat di KBRI, yang terdiri dari para atase2, Konsuler, Diplomat bahkan termasuk Bapak wakil dubes ikut berjibaku mengerjakan kerjaan para tukang bersama2. Benar2 sebuah semangat yang harus diberi apresiasi yang tinggi, mengingat pejabat2 sekarang maunya dilayani, tapi jarang yang mau melayani, padahal TUPOKSI mereka harusnya melayani rakyat, bangsa dan negara ini. Mengingat juga nampaknya KBRI tidak menyewa EO, jadilah para Bapak2 itu kerja bakti banting tulang.

Setelah semua peserta selesai menata barang dagangannya masing2, kami semua diundang makan malam bersama dengan semua jajaran staf KBRI Paris dan tamu kehormatan Bapak2 pejabat BKPM dari Jakarta. Ini dia yang ditunggu2...N A S I...dengan semua lauk pauknya. Ketika dipersilahkan kayak2nya nih temen2 peserta pameran udah nyari tempat duduk yang deket makanan, apalagi dari baunya ada makanan favourite yaitu "Tongseng Kambing" waduh biyuh biyuh...ntar makan kambing dinegeri orang, sorangan saja seng ada "lawan" bigimana nih ??? Mengingat kita masing2 sekamar berdua lontong semua, wadooouuhhhh tuluuuunng...
Peribahasa posisi menentukan prestasi nampaknya tepat juga, melihat teman2 peserta yang duduk deket meja makan nampak sibuk hilir mudik silih berganti mengerumuni tongseng kambing laksana burung kolibri sedang menghisap putiksari bunga2 ditaman surgawi, dan salah satu kolibri yang mengecap2 keenakan itu bernama...Hantiar
Paginya mungkin karena kebanyakan makan kambing, waktu bangun tidur betis kaki saya kram, aduuuh sakitnya minta ampuun...

Nah ada satu hal lagi yang saya cermati dalam jamuan makan malam dari KBRI Paris ini, yaitu tidak keluarnya minuman Anggur atau Wine, untuk minuman cuma ada jus, cocacola, air putih, teh dan kopi. Ini yang mantab, tahun lalu jamuan makan malamnya disuguhi Wine, minuman yang mungkin lazim di Perancis tapi bagi kami umat Muslim, minuman tersebut akan mengurangi keberkahan karena termasuk dalam golongan minuman khamar. Tahun lalu pengalaman disuguhin Wine ini saya tulis dalam blog dan saya cantumkan kalimat : - Semoga Bapak Ibu di KBRI bisa mengurangi atau bahkan menghapus konsumsi makanan atau minuman yang dilarang oleh agama, sehingga keberkahan bisa menyelimuti perwakilan bangsa kita di negeri orang -
baca link : http://hantiar.blogspot.com/2008/06/road-to-paris-bon-voyage.html
Alhamdulillah tahun ini Wine tidak keluar - Semoga keberkahan yang sudah ada selalu dijaga dan ditambah oleh ALLAH SWT, amiiin -

Dalam jamuan makan malam ini juga hadir Bapak2 pejabat BKPM dari Jakarta, salah satunya yang ikut adalah Bp. Wakil Kepala BKPM. Satu persatu Bapak Ibu dari BKPM ini memperkenalkan dirinya dan ternyata besar juga rombongan mereka. Sayang ketika memberikan kata sambutannya rombongan dari BKPM tidak memberitahukan agenda dan
tujuan mereka selama di Paris. Ah, mau tau aja lu...makanya kalau lagi sambutan kupingnya dipasang, jangan hidung melulu kembang kempis nyium tongseng nelan air liur, dasar kaki lima...

Dari data yang didapat oleh KBRI Paris, Perancis ternyata kuartal pertama tahun 2009 ini pertumbuhan ekonominya minus 3 %. Walaaah, mending Indonesia kemana2 dong, wong kuartal pertama tahun 2009 ini saja pertumbuhan ekonominya naik 5,5 %...itu kata SBY. Tapi memang kalau saya amat2i, kondisi ekonomi Indonesia lebih baik saat ini. Di Perancis antara orang miskin dan kaya hampir sulit dibedakan, karena gaya mereka rata2 hampir sama. Kalau di Indonesia mudah membedakannya, asal ketemu orang pakai jas, berdasi dan klimis pasti orang kaya, meskipun didahinya keringat mengucur deras tapi demi status jas tetap harus dipakai meski kepanasan - kok barometernya jas sih, gak mutu, yang lain dong - Oke brur, di Indonesia anak2 SMP udah pada pegang blekberi masing2, di Perancis kayaknya kok gak ada tuh. Dan yang pasti bagi orang Indonesia makan roti itu ngemil sedang diparis orang2nya pada gak kuat beli nasi, kuatnya beli camilan yaitu roti itu, naaah inilah indikator turunnya perekonomian di Perancis, bahwa penduduknya sudah tidak ada yang kuat beli beras...uhhuuiiii...


Wadoouw pinggangku rasanya mau putus, ini
lemari gak ada yang kecilan lagi apa ?
Pak Bramantya Dewabrata - Konsuler


Sisa2 pembantaian, dan wajah2 para "pembantai"
menyeringai kenyang


Foto bersama dengan seluruh jajaran KBRI Paris
dan rombongan pejabat2 BKPM dari Jakarta


Meskipun pucet dan menggigil kedinginan di pagi hari
di depan Wisma tapi tetep harus gaya di Foto


to be continue...

4.6.09

Tour de Europe, Life to trading

Bersama dengan ke 9 sahabat2 saya, mereka adalah :

1. Try Atmojo
2. Andi Sufariyanto (Surabaya)
3. Rizka Mellina (Jogjakarta)
4. Galuh
5. Ramdlan
6. Hakiki Sirait
7. Bimaya Kridanto (Sukabumi)
8. Agustav Alvi
9. Ibu Sri (istri Agustav)

Kami berangkat menuju Bandara Changi, Singapore dengan menggunakan maskapai penerbangan dari Jerman, yaitu Lufthansa untuk kemudian berganti maskapai Emirates yang langsung menuju Dubai, Pos transit kedua sebelum terbang ke Bandara tujuan utama kami yaitu Bandara Charles de Gaule, Paris.

Ada apa di Paris ?

KBRI Paris, tahun ini mengadakan acara Festival Indonesia untuk yang kedua kalinya yang diselenggarakan pada tanggal 16 - 17 Mei 2009. Beberapa bulan sebelumnya, melalui Deplu KBRI Paris mengundang pengusaha2 UKM Indonesia untuk dijelaskan tentang teknis dan pelaksanaan Festival Indonesia ke-2 serta diundang untuk ikut berpartisipasi di acara tersebut. Saya termasuk salah satu yang diundang karena kebetulan tahun lalu, saya termasuk salah satu peserta Festival Indonesia yang I, dan kali ini saya mengajak sahabat2 saya di Komunitas TDA untuk datang menghadiri undangan paparan Festival Indonesia ke-2 dari KBRI Paris tersebut. Banyak yang saya ajak, tetapi hanya ke-9 sahabat saya yang diatas itulah yang akhirnya berangkat berpartisipasi pameran di Paris. Setiba di Bandara Charles de Gaule Paris, kami bertemu dengan beberapa UKM Indonesia yang kebetulan juga menjadi peserta acara di KBRI. Padahal kami berangkat dengan pesawat yang sama dari Indonesia, transit di bandara yang sama tapi baru ngobrol dan ketawa2 setelah sama2 tiba di Bandara Paris, dasar !. Di bandara, kami sudah ditunggu oleh beberapa staf KBRI yang bertugas menjemput kami rombongan para peserta pameran dari Indonesia. Sesuai dengan janji KBRI yang memberikan fasilitas penginapan gratis kami langsung dibagi ke beberapa mobil yang membawa kami ketempat penginapan masing2. Saya, Pak Andi, Pak Hakiki dan Pak Bimaya kebagian tempat menginap di Wisma Indonesia, Mbak Riska dan Mbak Galuh menginap di rumah Pak Stefanus, salah satu staf KBRI, Pak Agustav dan istri menginap dirumah Pak Bram, serta Pak Try dan Pak Ramdlan berhasil mendapat tempat paling "premium" yang dilengkapi pemanas didalam, tetapi kamar mandi diluar berbeda gedung heheheh....

Setelah menaruh koper dimasing2 tempat nginapnya, kami semua diantar ke KBRI untuk melihat "medan pertempuran" dan sedikit nyicil untuk bongkar2 barang menata pos tempat kami nglapak menggelar dagangan. Tidak banyak yang bisa kami lakukan melihat badan masih gempor setelah 24 jam perjalanan Jakarta - Paris, disamping juga panitia masih dalam tahapan finishing untuk menata semua tempat menjadi ajang pameran.

Hari pertama di Paris ada sesuatu hal yang saya dan teman2 harus siapkan, yaitu kami akan jarang ketemu nasi...apalagi sayur lodeh, ayam pop, krupuk rambak, telur ceplok sama kecap, sambel bawang...ouuuhhh forget it baibeh, tunggu 11 hari lagi...dasar lidah kampuuung !!!

Daftar bawaan logistik teman2 yang ternyata tidak termakan sampai hari terakhir :
- Abon sapi, bandeng presto, beras, sarden

Logistik paling berjasa menyambung hidup selama disana :
- Popmie, peyek (waktu dibuka dari koper ternyata sudah lembut tergencet2 dibagasi), saus sambel, milo, energen cereal dan kopi sachet


Transit di Dubai, dari Ki-ka : Pak Ramdlan, saya,
Pak Try, Andi Sufariyanto


Wisma Indonesia tempat saya menginap
di Paris


Bongkar2 siap "perang"

to be continue...

Catatan Penaklukkan Dunia

Ini adalah tulisan pertama saya setelah saya berhenti menulis
di blog, terakhir tanggal 15 Desember 2008. Beberapa saat
setelah saya terakhir menulis tersebut, tiba2 saja terlintas
sebuah ide, bahwa blog ini akan saya isi dengan perjalanan
saya dalam upaya menaklukkan dunia, keliling ke berbagai
pelosok negeri untuk melebarkan jaringan usaha, menambah
relasi, menambah wawasan, aktualisasi diri, dan mengunjungi
negeri2 asing yang itu semua adalah perwujudan dari dream
saya semenjak kecil ketika masih berwujud anak ndeso di
sebuah daerah terpencil dipelosok Jawa Timur. Meskipun untuk itu
blog ini akan lama updatenya karena saya tidak setiap hari berkeliling
ke negara lain. Tapi saya harap blog ini bisa menjadi milestone catatan
perjalanan saya mewujudkan dream sejak kecil : Menaklukkan Dunia.

Perjalanan saya keluar negeri berawal sejak tahun 2004, dan
secara rutin setiap tahunnya (tanpa saya sadari) ternyata saya
berturut-turut berhasil keluar negeri (alhamdulillah). Meskipun hanya
seputaran Singapore dan Malaysia, semua perjalanan saya
adalah perjalanan Business Trip dan tidak ada satupun yang
dalam rangka wisata. Mulai dari beli barang, kesepakatan
kerjasama, menjadi EO studi banding dan seminar, temu bisnis
dan pameran. Semua perjalanan itu ada beberapa yang saya
tulis di Blog dan ada beberapa yang tidak, karena memang
pada saat saya keluar negeri pada saat itu blog ini belum ada.

Di bulan Mei 2008 adalah perjalanan keluar negeri terjauh dan
termeriah, karena saya jalan bersama istri dan anak tercinta
dalam rangka berpartisipasi pameran di acara Festival
Indonesia di KBRI Paris, Perancis. Tahun ini saya kembali
mengunjungi daratan Eropa, dan meskipun tanpa istri dan
anak saya berhasil mengajak sahabat2 terdekat dan terbaik
untuk jalan bersama. Hal lain yang saya anggap istimewa
dalam perjalanan kali ini adalah saya berhasil mengunjungi,
mengamati, dan bahkan berdagang di sebuah negara yang
berhasil menjadi penentu takdir perjalanan hidup 250 juta
jiwa rakyat Indonesia, yang kisah sepak terjangnya
melahirkan Tengku Umar, Pangeran Diponegoro, Sultan
Agung dll, serta sebuah negara yang sudah semenjak saya
SD selalu diajarkan oleh guru2 sejarah sebagai negara
penjajah, mau tahu apa negara itu...Belanda...

to be continue...